Ramadhan di Palestina, Ada 3 fakta menyedihkan Yang Terjadi Pada Masyarakat Palestina dibulan itu.
Dears.
Menyambut bulan ramadhan adalah masa suka cita yang dirasakan semua umat muslim diseluruh penjuru dunia karena menyambut bulan yang penuh berkah. Tapi dears tidak demikian dengan masyarakat Palestina mereka tidak sepenuhnya dapat menikmati suasana ramadhan dengan nyaman, tenang dan bahagia. Ramadhan tahun ini memang telah berlalu, tapi apa yang dialami masyarakat palestina sangatlah menyedihkan. Dikutip dari IDN news, Kompas.com, ini 3 fakta menyedihkan yang terjadi dipalestina menyambut dan menghadapi bulan Ramadhan.
1. Sahur dan berbuka tanpa listrik
Dears, kita khususnya umat Muslim di Indonesia mungkin bahagia bisa menjalani ibadah puasa di Indonesia. Banyak makanan, minuman, termasuk dilengkapi dengan cahaya dan listrik yang memadai. Namun, hal itu tidak dapat dirasakan bagi saudara Muslim kita yang berada di Palestina dears. Mereka terancam berbuka puasa dan sahur dalam keadaan tanpa penerangan. Data yang dirangkum ACTNews menunjukkan, saat ini Jalur Gaza hanya menerima 120 megawatt listrik dari Israel dan 32 megawatt dari Mesir. Sementara, pembangkit listrik yang berfungsi di Gaza hanya mampu menghasilkan 60 megawatt listrik. Angka itu masih tergolong kecil dari kebutuhan total listrik sekitar 600 megawatt. Buruknya lagi, generator listrik yang dimiliki warga Gaza itu lebih sering padam ketimbang menyala kata Najjar. Dikutip dari Middle East Monitor, seorang pejabat sementara Kepala Kementerian Pertahanan Palestina Zafer Melhem mengatakan, 63 persen kebutuhan llistrik Gaza tidak terpenuhi. Hingga akhirnya, sebulan sebelum Ramadhan, operasional satu-satunya stasiun pembangkit listrik di Jalur Gaza padam total , karena tidak ada bahan bakar dan kurangnya suku cadang. Betapa menyedihkan apa yang mereka hadapi membuat pedih perasaan kita
2. Pasar sepi pembeli
Karena ekonomi semakin sulit, kebutuhan hidup semakin meningkat, bahan-bahan makanan pokok semakin mahal, hingga menyambut bulan Ramadhan pasar sepi pembeli, masyarakat Palestina tidak mampu membeli persiapan menyambut Ramadhan, begitu pula saat bulan Ramadhan. Masyarakat Jalur Gaza mengunjungi pasar untuk membeli bahan makanan dan berbagai jenis manisan, permen dan minuman dingin. Namun, akibat kurangnya uang dan karena tingginya angka pengangguran dan kemiskinan mereka hanya mampu membeli makanan pokok saja tidak untuk kesenangan lainnya.
3. Peningkatan jumlah perceraian
Palestina secara resmi melarang warganya mendaftarkan kasus perceraian selama bulan suci Ramadhan berlangsung. Dilansir dari Middle East Monitor, hakim ketua urusan agama Mahmoud Al Habash menginstruksikan seluruh pengadilan di Palestina untuk tidak menerima kasus perceraian sampai berakhirnya Ramadhan. Al Habash mengatakan, keputusan tersebut bertujuan untuk mencegah peningkatan jumlah perceraian selama Ramadhan."Beberapa suami mengambil keputusan yang terburu-buru dan tidak seimbang dalam bulan Ramadhan," katanya dia menambahkan, faktor kelaparan dan kegelisahan saat puasa meningkatkan ketegangan di kalangan keluarga, sehingga berakhir dengan perceraian. Namun, Al Habash menyatakan, hakim masih mungkin melakukan sidang mediasi untuk kasus perceraian selama bulan suci. Pada tahun lalu, pengadilan di Palestina juga mengeluarkan aturan yang sama, mengingat tingginya angka perceraian yang diajukan. Pengangguran dan kemiskinan menjadi faktor utama yang berkontribusi pada perceraian
Semoga semua ini segera berlalu, warga palestin dapat menjalani hidup dengan tenang dan damai tanpa tekanan-tekanan, ekonomi membaik, serta mereka dapat menjalankan ibadah dengan aman tanpa rasa takut
#tantanganmenulisestrilook
#estrilookcommunity
#day13
#palestina
#belajarmenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar